Wahai pemuda, mari belajar dan mengikuti jejak para peminang bidadari!

Belajar dari para sahabat, diantaranya Mus'ab bin Umair rodhiyallohu’anhu, yang meninggalkan kemewahan dunia, segala kemudahan, serta orang tuanya untuk berhijrah, kemudian mati sebagai syuhada dengan tidak memiliki sehelai kain pun kecuali burdah yang tidak mampu menutupi tubuhnya dengan sempurna.

Mari belajar dari Abu Hurairah rodhiyallohu’anhu, yang memiliki cita-cita, tekat keinginan yang teguh dan agung, ketika pembagian ghanimah dari sebuah peperangan dia tidak ikut memintanya, dan ketika ditanya oleh Rasulullah shollallohu’alaihi wassalam dia menjawab: “Ya Rasulullah, saya ingin engkau mengajarkan kepadaku apa yang Allah ajarkan kepadamu.”

Subhaanallah! Dimana kita? Ketika para pendahulu, generasi salaf yang pertama, teguh di berbagai medan jihad, berdakwah dan menegakkan agama Allah, sebagian besar kita hanya mampu menyisihkan sedikit dari waktu luang yang tersisa untuk menuntut ilmu syar’i. Pada saat mereka berlomba-lomba melakukan amal kebajikan dan mengorbankan kesenangan dunia, kita justru terlena dengan kesenangan dunia.

Apa yang membuat mereka bagaikan gunung yang tidak goyah, tetap tegar dalam menghadapi musuh-musuh Islam? Itulah IMAN yang tidak sekadar di lisan, tetapi di hati, di lisan dan dilahirkan dalam bentuk perbuatan. Keimanan yang sejati, yang memiliki hakikat, yang memiliki rasa yang lezat.

Iman, mengalami pasang surut. Kerana itu kita wajib meminta pertolongan Allah agar memperbaharui keimanan kita. Dan juga agar selalu berusaha memperbaharui keimanan tersebut dengan meningkatkan amal ibadah kita, yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Solat malam.
  2. Menjaga lisan agar senantiasa basah untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah. [Perumpamaan orang berdzikir dan tidak berdizikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati]
  3. Membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya. [“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari kiamat memberi syafa’at bagi pembacanya.” (HR Muslim)]
  4. Berinfaq
  5. Taubat dan istigfar dari dosa-dosa dan maksiat.