Pada hakikatnya waktu yang dimiliki manusia adalah usianya dan modal dasar untuk kehidupannya yang abadi di surga yang kekal, atau modal dasar untuk kehidupannya yang sempit di dalam siksaan yang pedih. Waktu itu berlalu seperti berlalunya awan. Siapa yang menggunakan waktunya untuk mentaati Allah dan melaksanakan aturan-Nya, maka itulah kehidupan dan umurnya; selain itu tidak dianggap sebagai kehidupannya. Sebaliknya, siapa yang hidup dalam waktunya seperti gaya hidup binatang ternak, menggunakan waktu dalam kelengahan, kelalaian, dan angan-angan kosong, atau sebaik-baik pemanfaatan waktunya adalah untuk tidur dan menganggur, maka kematiannya lebih baik daripada hidupnya.

(Imam Ibnul Qayyim)